Epic adalah sebuah film animasi yang berkisah tentang seorang ilmuwan, Profesor Bomba yang meyakini ada mahluk-mahluk mini berkeliaran di sekitarnya. Ia masih dalam pencariannya ketika anak tunggalnya, Mary Katherine atau MK, datang setelah ibunya meninggal. Mereka berpisah karena ibu MK merasa diabaikan oleh suaminya. Akhirnya MKpun juga merasakan hal yang sama, dan berniat untuk pergi.
Namun takdir menyebabkannya terlibat dalam peperangan mahluk mini penghuni hutan. Grup jahat dipimpin oleh Mandrake, yang ingin memusnahkan hutan. Sementara grup baik dipimpin oleh Ratu Tara, pasukannya yaitu Leafman dipimpin oleh Ronin, dan ia selayak ayah bagi Nod, seorang prajurit muda, dimana ayah Nod adalah teman Ronin. MKpun berubah menjadi mahluk mini dan ikut kelimpungan menjaga kelestarian hutan.
Dan dimana – mana, ceritanya pasti yang baik (akhirnya) menang. Lalu, apa yang menyebabkan film ini wajib dilihat?
Pertama, seperti animasi kelas dunia lainnya, teknik visualisasi sudah seperti nyata. Yang memproduksinya adalah BlueSky, yang membuat film Ice Age dan Rio. Film ini didominasi adegan peperangan yang bukan duel, kebanyakan massal. Banyak adegan yang dilakukan dengan cepat, ekspresi wajah menggambarkan perasaan tokoh, bahkan dengan hanya mengamati matanya, kita ikut merasakan apa yang dialaminya. So, no doubt about it.
Kedua, pesan dan jalan ceritanya keren. Ada cerita tentang idealisme yang mendapatkan jawabnya ketika Profesor Bomba hampir kehilangan segalanya. Ada pesan untuk menjaga alam, karena banyak mahluk yang bergantung di dalamnya. Ada contoh, kenapa pengetahuan itu penting dan bukan urusan ilmuwan saja untuk menerapkannya. Kisah yang lain adalah tentang kesetiakawanan, sesuai dengan motto mereka, ‘Banyak daun dalam satu pohon. Kamu tak pernah benar-benar sendiri.’
Nah yang ketiga, soal cinta. Banyak sekali contoh cinta tanpa memiliki di film ini. Profesor Bomba kehilangan istrinya. Nod si prajurit muda tak bisa bersama MK, karena yang satu manusia, yang satu mahluk mini yang selalu bergerak cepat dan suaranya macam lengkingan, tak bisa didengarkan. Ronin, kehilangan Ratu Tara yang sebenarnya juga menyukainya, hanya tak pernah saling mengungkapkan. Bahkan Mandrakepun, si tokoh jahat, jadi ngamuk luar biasa ketika anaknya tewas dalam peperangan.
Lalu, apakah semua tokoh itu jadi galau berkepanjangan? Maunya meratapi, dan nangis guling-guling?
Oh..tidak! Profesor Bomba masih memiliki MK, putrinya, dan padanyalah segala kasih tercurah. Ronin, meski sedih, disibukkan dengan kisah perjuangannya mendapatkan ratu baru. Toh hidup harus terus berjalan, dan kelangsungan hutan kini berada di tangannya. Akan halnya Nod dan MK, kalau Nod rindu, ia akan muncul pada kamera pengawas yang disematkan Profesor Bomba di dalam hutan. Saat lampu merah berkedip, itulah saatnya MK akan bersiap di depan komputer yang sudah dirancang oleh Profesor, agar MK bisa ngobrol dengan Nod.
Ah, kok jadi inget dunmay ya? Hihihi…^_^