Jalan Tikus

Mengintip pada definisi di berbagai situs, termasuk kamusbesar.com, saya simpulkan jalan tikus artinya jalan kecil, biasanya jadi jalan penyelamat untuk memotong kemacetan atau perjalanan yang panjang. Sebenarnya jalan tikus ada dua, yang sah dan tidak sah. Maksudnya sebenarnya jalan itu untuk jalur pedestrian atau pejalan kaki, tapi malah dipakai untuk tempat lewatnya kendaraan. Berhubung kendaraan yang saya gunakan roda empat, maka jalan tikus kita ambil yang sah saja ya.

Kalau di kota kecil tempat saya dibesarkan sih tak pernah saya melewati atau berusaha mencari jalan tikus. Buat apa, ngga ada macet, kemana-mana gampang melalui jalan besar, penduduknya juga ngga phobi dengan membuat portal dimana-mana. Masalah mulai timbul ketika saya yang baru bisa nyetir di kota kecil yang lowong wong, mesti sekolah di kota besar yang ruwet wet, dan sungguh ngga nyaman transportasinya. Mau ngga mau mesti pakai kendaraan pribadi.

Baru bisa, sudah dilepas disuruh blusukan sendiri. Termasuk melalui jalan tikus tadi. Kebetulan dekat kampus ada jalan tikus yang super duper rame dan sangat menggiurkan sebagai lokasi usaha. Ada depot berbagai menu dan variasi penyajian, ada berbagai tempat fotokopi dan penjilidan, masih ditambah pula kos-kosan dengan banyak teman saya kos di sana. Sehingga begitu ada tugas, ya harus kumpul di tempat mereka karena dekat, dengan jalanan yang sempit, untuk dilewati dua mobil pas banget.

Masalah pertama saat melewatinya. Senggolan spion kanan sering tak dapat dihindarkan. Mata dan kaki mesti waspada karena bisa saja motor di depan tiba-tiba berbelok, atau berencana mau ke tepi, tapi ngga masang lampu sein. Astaga, memang kita bisa telepati?

Masalah kedua adalah parkir. Sudah sempit untuk lewat, kadang saya terpaksa parkir di pinggir jalan, dan menyisakan space satu mobil saja untuk lewat. Cuek dah dipelototin,saya ngumpet di dalam ini. Sudah susah parkir, keluar dari parkir juga sulit. Saya pernah keluar parkir dari sebuah kos, lalu mundur – mundur – mundur dan…’brak!’ sepeda motor mahasiswa yang lagi makan di depot terguling. Dengan cepat pemiliknya keluar, keheranan kenapa motor segede gitu bisa ditabrak. Untung motornya bisa dihidupkan kembali. *Ngga, ngga pake kenalan kok. Bete abis dia :D*

Saat sudah berkeluarga begini, jalan tikus saya rasakan saat Raya Porong sedang parah-parahnya macet dengan berbagai tipe kendaraan yang kebanyakan adalah truk. Agar menyingkat waktu, biasanya suami akan mengambil jalan tikus, nekat tanpa pemandu yang biasa menawarkan jasa mereka di pintu masuk tol.

Jalan tikus yang kami lalui ternyata jalan pedesaan, dengan kondisi separuh aspal separuh tanah. Kanan kiri adalah pemukiman, bergantian dengan persawahan. Lah, baru tahu ada pemandangan indah di pinggiran kota. Lalu jalan tikus ternyata juga tidak menjamin perjalanan lebih cepat, karena kadang terjadi penumpukan kendaraan, dan ya sudah, diam saja di tempat ngga bisa kemana-mana. Terjebak di jalan tikus, ternyata lebih mengerikan daripada terjebak di jalan biasa.

Perilaku jalan tikus manusia sama si Jerry (namanya tikus temannya Tom) itu sama ya. Selalu melewati jalan yang sama, kalau kepentok baru cari jalan baru. Nah, pas kepentok itu yang beda. Tikus selalu berbalik ke jalan semula. Ngga pernah kan, lihat tikus atret? 🙂

20130308-020809.jpg

Komen? Silakan^^

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s