Mudharat dan Manfaat

Terus terang saya senaaang sekali dengan dua kata ini, secara pengucapan hampir sama, tapi artinya bisa begitu berbeda. Kalau manfaat pasti sudah tahu artinya ya, sesuatu yang memberi keuntungan atau kebaikan. Sedang mudharat, sesuatu yang tidak memberi manfaat, bukan netral juga, dan cenderung menyebabkan keburukan.

Banyak hal di sekitar kita yang mempunyai sisi ambigu seperti ini, ibarat dua mata pedang, nyabetnya kanan kiri. Bukannya kerjaan jadi cepat selesai, malah berantakan karena sudah tidak fokus lagi.

Misal nih, dulu saya rajin mengikuti gosip artis di televisi. Iseng, karena nonton apalagi yang ringan dan selalu ada setiap hari. Awalnya sih senang-senang saja, lihat yang cantik dan ganteng bertaburan di layar kaca. Lama-lama, lah kok ngerebut suami orang? Lah, ganteng-ganteng kok mukulan? Manfaat apa yang saya dapat dari sana? Kok malahan tambah cemas, SMS si abang khawatir ada yang cantik-cantik menggodanya seperti di berita. Ngga ada manfaat, malah dapat galaunya saja.

Kemudian, belum kapok nih ceritanya, saya beralih ke forum gosip. Tujuannya, supaya saya bisa update berita terbaru (kebanyakan ‘asap’ berita di media massa, muncul dari ‘api’ yang disebarkan oleh ‘orang terdekat’ di media sosial) dan menyaring mau mengikuti berita artis siapa. Awalnya lucu saja, banyak bopengnya. Tapi lama-lama, kok jadi ajang berantem antar fans, menjelek-jelekkan dengan bahasa purba, dan kesannya kok ngurusin hidup orang lain. Padahal kenal aja kaga’. Akhirnya, daripada mengotori jiwa, sayapun meninggalkannya.

Kalau Facebook bagaimana? Sama saja, ada dua sisi mata uang. Mata yang pertama, kita terhubung lagi dengan teman lama, nambah teman, bisa jualan, malah ada yang dapat pasangan dari sana. Ikut komunitas dengan hobi yang sama, terhubung dengan penulis idola, hahahihi saling bercanda, itu manfaatnya. Namuuun, ada sisi lain juga. Jadi ajang bergosip ngomongin orang, nyindir, selingkuh, akan selingkuh, dan sebagainya. Berubah jadi mudharat lagi, padahal kalau mau dijadikan manfaat juga bisa loh.

Mengubah mudharat menjadi manfaat tidak mudah memang, gampangan mengubah manfaat jadi mudharat. Katanya ‘berteman sama rampok gampang banget jadi rampok, tapi berteman sama malaikat, susaaaah bener jadi malaikat’. Namun dengan niatan kuat, mestinya bisa. Seandaiya tidak bisa, mungkin kita harus berani melepas hal mudharat tersebut.

Misal, karena asyik berFB, menjadi lupa kewajiban bekerja dan mengurus keluarga. Padahal FB bisa lo, untuk mencari uang. Berikut langkahnya:

543056_10151213089061840_595582275_n

Maksud gambar di atas adalah, beranilah untuk melepaskan hal yang mengikat tersebut, meskipun sangat sulit untuk melepaskan kecanduan yang terjadi. Mulailah dengan me-deactivated-kan FB, entah permanen atau sementara, agar kita bisa fokus pada kegiatan nyata yang memerlukan perhatian.

Timbang suatu aktivitas. Bila lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya, mungkin lebih baik dilepas.

4 comments

  1. Sebelum kenal blog, sy juga aktif FB-an. Setelah ditimbang-timbang, ternyata lebih banyak manfaatnya di dunia blogging. Bukan berarti FB itu mudharat lho. Akhirnya….. secara bertahap mulai deh bermigrasi dari FB-an ke ngeblog. Kalau FB-an terus, mungkin nggak bakalan kenal dengan mbak Indri 🙂

Komen? Silakan^^

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s