Saya Ngga Suka UGD

image

Ah, saya ngga pernah suka UGD, lebih dari rumah duka. Karena di UGD banyak orang dying, sekarat, menuju ajal, sehingga aroma akan meninggalnya begitu terasa.

Kalau rumah duka, orang-orangnya sudah pada ‘tenang’, tidak ada teriakan kesakitan, mengeluh berkepanjangan, atau masa penantian yang menyiksa. Mereka yang di rumah duka itu, bisa saya katakan ‘sudah’. Sudah melampaui sejumlah tahun di dunia, sudah melewati suka dan duka, sudah diikhlaskan oleh orang yang mencintainya.

Sedangkan di UGD, yang ada disana adalah orang-orang yang ‘akan’. Entah akan sembuh, tambah parah, atau tak terselamatkan. Maka tentu banyak keluh kesah, jeritan, tangisan, dan perasaan tidak rela hal itu terjadi.

Bukan berarti saya tak empati. Justru karena saya sangat empati, saya tak tega bila sesama saya harus meninggal di hadapan saya. Menyaksikan di layar denyut jantungnya menjadi rata. Melihat helaan nafas di masker oksigennya tak ada lagi. Memandang keluarga yang histeris karena ditinggalkan orang yang disayangi.

Sungguh saya tak sanggup. Saya pecinta kematian, tapi bukan untuk orang – orang yang saya sayangi.
***
sumber foto: koleksi pribadi

Komen? Silakan^^