Jalan-jalan ke Malaysia Bareng Grup Kantor

Batu cave malaysia

Ke Malaysia ini sudah berapa kali ya, tiga atau empat kali lah , mostly sama keluarga, lainnya sama pasangan. Kebanyakan sih campur2 sama ke Singapura, karena rugi sampai Malaysia ke sono doang. Kalau sama keluarga ya ke Legoland, Berjaya Times Square, Genting, pokoknya yang ada wahana permainan buat anak2nya. Padahal yang terkenal di Malaysia ada banyak ya. Saatnya kesana ya kalau bareng orang gede lainnya atau sama teman2 di kantor.

 

Alkisah berhasillah kami mendarat di Kuala Lumpur hampir setahun lalu. Dapat tiket promo Citilink dari Surabaya ke KL cuma 250 rb, karena maskapai ini lagi buka jalur baru ke luar negeri. Bayangin dari Surabaya ke Jakarta hampir sejuta, ke KL yang lebih lama cuma 1/4nya. Mana pake transit di Jakarta lagi 😀 Berarti kalau mau ke Jakarta beli yang tujuan KL aja ya 😛

 

KLIA 2 tempat kita mendarat tentu sudah berubah dari yang terakhir saya kesana. Masih kaya Halim di waktu lampau, kerasa banget kalau pakai penerbangan low cost itu, Air Asia, bandaranya juga kelas 2. Pertama kali ke Malaysia waktu itu naik Malaysia Airlines, ya bandaranya beda 😀 Tapi sekarang sudah bagus kok, meski pas pulang keliling2 cari makan kok bisa penuh semua dan males aja makan di bandara kok ngantrinya kaya gitu 😀 KLIA 2 sudah dihubungkan dengan kereta tempat kita ke stasiun yang mengantarkan ke KL Sentral.


Kereta ke KL Sentral juga bagus, mirip sama kereta bandara dari Cengkareng ke Sudirman. Tapi ini jaraknya lebih jauh kayanya ya. Dulu waktu kita pulang dari KL kita juga menggunakan kereta yang sama, terus bagasi sudah masuk sejak dari stasiun, jadi ngga perlu gotong kesana kemari. Tapi sepertinya ini tergantung maskapai ya. KL Sentral itu stasiun gede yang rame, dan pintu gerbangnya tipe2 yang kemana saja 😀 Jadi inget dulu lagi gabut ke KL Sentral sendiri, trus ambil kereta ke Port Klang, sampe Klang numpang pipis di stasiunnya dan balik lagi  ke KL Sentral 😀 

 

Hari hujan dan saya memutuskan untuk tetap naik kereta menuju hotel kami di dekat Terminal Pudu. Naik keretanya juga gampang, MRT di KL ngga sepadat di Jakarta pas pulang kerja, dan jembatan penyebrangan tertutup semua jadi saya ngga kebasahan hingga sampai hotelnya. Meskipun dekat terminal, saya belum pernah lihat terminalnya model apa. Kesana kemari naik kereta karena ada kartunya.


Wisata kita ke Batu Cave, tempat wisata sejuta umat saking banyaknya yang kesana dan hampir semua tour menawarkan pergi ke tempat ini. Dulu pernah ditawari tapi saya lebih memilih ke museum tembaga atau timah ya…jatuhnya zonk karena kita dibawa ke toko yang jualan, tapi awalnya diembel2 dengan penjelasan sejarah produknya tersebut. Ujung2nya ya sales juga 😀 Selain itu Batu Cave kalau diliat kan terletak pada ketinggian tertentu ya, berapa anak tangga mesti didaki, ngga cocok nih buat anak2 (males) 😀

 

Komplek Batu Cave sendiri sudah ramai dengan para pengunjung dan pada pedagang yang sudah diatur. Meski ramai masih enak mau jalan2 dan jajan, selalu ada kursi, ngga ada pedagang yang maksa, dan ngga ada cerita pergi pulang dibelok2in keliling lapak orang 😀 Sempat juga nyobain duren musangking dalam bentuk es krim.

 

Batu Cave ini depannya ada anak tangga yang dicat warna-warni, dan meski tidak diatur tapi sepertinya ada jalur naik dan turun. Ngos2an pasti melewati tangga2 ini dan harus istirahat dulu. Duh jadi bersyukur sempat berkunjung di kala masih agak kuat. Coba tunggu 5 tahun lagi, pasti lebih susah 😛 Di tengah2 pendakian, baru nyadar kalau banyak…monyet. Mood saya pasti langsung ngga enak kalau ketemu mahluk satu ini. Dan monyetnya juga tau dong 😀 DI tengah jalan langkah saya dicegat, dan dia narik kantong tisu yang menyembul dari kantong. Saya pegang erat2 tisu saya sambil bilang, ngga boleh. Ada 5 detik kita tarik2an sebelum dia akhirnya pergi. Ya ampun kalau dia galak saya bisa aja kena cakar 😀

 

Selain patung besar di depan gua, ada patung lagi di dalam gua, trus ada jalan lagi menuju lebih ke dalam gua, kayanya ada patung juga. Saya uda ngga sanggup, mana ungkep di dalam. Lebih senang foto2, lalu meluncur turun. Kali ini ngga pakai ngos2an, padahal konon lebih berat pas turun loh karena kaki kita menopang seluruh beban tubuh.

 

Kita juga mampir ke Central Market. Pasarnya kalau ukuran Indo ngga terlalu besar, tapi teratur dan bersih. Sepertinya lebih ditujukan ke turis ya karena kebanyakan jual oleh2. Begitu memutuskan beli pashmina buat oleh2, saya tanya ke kasirnya pas mau bayar, barangnya datang dari mana. ‘Dari Bandung’ katanya. Ealah, cik adohe aku tukune 😀 Jangan2 mbaknya juga dari Jawa nih 😛 Foodcourtnya menarik dan ramai, mengingatkan saya pada outlet di foodcourt Pasar Atom.


Yang mau lebih ramai lagi waktu mau makan di mall. Hampir mustahil ngedapetin bangku di mall2 tersebut. Meskpun ngga sampe kaya di Hongkong yang kita makan ditungguin orang sambil berdiri persis di samping meja makan kita, di sini lebih mirip nyari meja kursi di foodcourt Tunjungan Plaza 3 😀 Dua kali makan di mall kejadiannya gini semua, satu di The Pavilion, satu lagi di Suria KLCC. Semua berakhir dengan kita masuk ke restoran yang kayanya tidak terlalu ramai untuk memesan makanan. Soal harga dan rasa sama seperti di mall2 Indo. 

 

Pas teman2 ke Genting, saya memilih jalur lain karena dulu sudah pernah. Rencana nyusul ketemuan disana. Jadi saya berangkat duluan pas lagi ujan. Terpaksa beli payung di jalan. Keluar dari stasiun KLCC rencana mau ke Bukit Bintang walkway kalau ngga salah, mau liat ada apa sih disana. La kok paket data saya ngga jalan, dan masih hujan deras. Akhirnya keluar stasiun saya memutuskan terus jalan, dengan menggunakan…kompas 😀  Pokonya diingat2 tujuan saya ke utara misalnya, ya kompasnya harus mengarah ke situ terus ngga peduli jalannya. Tapi setelah jalan sekian lama dan ngga nemu juga walkwaynya, saya memutuskan untuk kembali. Sempat numpang wifi di Starbucks yang belum buka, saya mengingat2 mesti lewat mana. Sempat kesasar juga, uda jalan jauh ternyata ujungnya pintu gerbang masuk komplek apartemen 😛 Untunglah akhirnya nyampe juga, dan bisa melanjutkan perjalanan ke destinasi berikutnya.

 

Destinasi berikutnya saya lupa, tapi mall ini letaknya di pinggiran dan cukup besar. Saya kesana kenapa ya…oh kayanya cuma pingin tau besarnya kaya apa 😀 Ternyata mirip2 Aeon Mall BSD tapi lebih sepi. Trus take away Yoshinoya yang pakai telur setengah matang (saya beli soalnya ngga pernah beli yang pakai telur di Indo) trus berangkat lagi naik kereta ke KL Sentral. Saya mau ke Genting, dan kereta yang menuju stasiun terakhir itu cuma ada setengah jam sekali.


Akhirnya saya berhasil naik kereta itu, turun dan sesuai petunjuk di blog katanya ada bis yang bisa membawa kita kesana. Cuma ada 1 loket disana dan turis dari China (?) sudah antri di depan loket, ditemani oleh orang yang kayanya supir taksi. Turis2 ini seperti nunggu di depan loket sambil dijelasin si driver kalau loketnya tutup. Saya ragu sih, saya datengin aja sambil bilang mau beli 1 tiket ke Genting. Eh, langsung dikasih! Turis2 itu ngeliatin saya, trus mereka juga melakukan hal sama kaya saya, ditolak! Dibilang tiket sudah habis. Trus mulaikah si driver itu nawarin lagi uda pake taksi dia aja untuk kesana. Ealah tiba’e podho wae yo calo iku nang ngendi2 😛



Sambil nunggu bis saya makan bekal saya tadi. Saya perhatiin turis2 nampaknya ‘diarahkan’ untuk naik taksi yang sudah nunggu disana. Soal pengalaman naik taksi di KL, ngga ada bagus2nya buat saya. Taksinya ‘busuk2’ trus drivernya serem. Maaf kali pengalaman saya aja yang biasa dilayani dengan baik oleh driver2 dan mobil si biru. Begitu ada orang lokal beli tiket, ada serombongan remaja yang datang setelah saya, eh semua dapet tiket bis tuh. Tiketnya memang murah dan bisnya bagus. Iyalah, ini untuk mendukung orang yang mau bersenang2 (termasuk judi) jadi harus dibikin senang dulu 😀

 

Saya salah mengira bahwa bis akan membawa saya sampai ke tujuan. Ternyata ada transitnya lagi tempat orang2 pada naik cable car, atau nunggu shuttle bus gratis yang membawa ke beberapa tempat. Teman2 saya rupanya sudah selesai di Genting Highlandnya, jadi turun ke pusat perbelanjaan Genting Premium Outlet. Seperti biasa kalau di tempat2 gitu jadi malah malas belanja. Di Indo ada, harganya tetap, bawanya repot, udah skip aja deh. Saya lebih menikmati udara Genting yang sejuk, pemandangan dari ketinggian, lalu coba cari local food yang ngga dapet juga. Akhirnya ya ngopi aja sambil nunggu yang lain selesai.
Putrajaya Malaysia

Kunjungan terakhir kami ke Putrajaya sembari berangkat ke bandara untuk pulang. Putrajaya ini semacam Washingtonnya Amerika Serikat. Ibu kota negara, dan bener2 diatur yang boleh kesana dan disana siapa saja. Teratur, rapi, sepi, itu kesimpulannya kalau dibanding Kuala Lumpur yang sangat ‘hidup’. Ngga ada satupun perbaikan trotoar atau pedagang di tepi jalan, bahkan orang jalan kakipun ngga kelihatan. Dari kejauhan terlihat perumahan pegawai negara, teratur dan seragam. Kami mengunjungi Masjid Putra, berfoto di area masjid megah tersebut, kemudian melanjutkan perjalanan ke KLIA 2.

 

IndriHapsari

Komen? Silakan^^

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s