Pelajaran geografi saya ngga gitu bagus. Selain kota-kota di Jawa, kota-kota lain suka ketukar posisinya di peta. Balikpapan dan Banjarmasin itu tertukar. Palembang dan Padang saya tahu letaknya di Sumatra, tapi sebelah mana ngga tahu. Makanya kalau disuruh nebakin anak peta buta, saya pasti liat peta sesungguhnya untuk benerin jawabannua. Maklum, buta peta.
Untunglah kali ini saya dapat kesempatan ke Padang, yang ternyata letaknya di baratnya pulau Sumatera, dekat pantai. So exciting, apalagi ini kali pertama ke pulau Sumatera, dan semoga coming soon pjlau-pulau lainnya. Begini, saya yakin Indonesia ini kaya banget pemandangan indah, dan luas banget. Ngga ada cukup waktu untuk menjelajahi semuanya. Namun saya juga pesimis atas penataannya, serba ngga teratur gitu. Tapi semoga saya salah.
Dari Surabaya kita transit bentar di Jakarta, lalu lanjut ke Padang. Wah dari atas sih Padang cantik sekali dengan pulau – pulau kecil yang rimbun, lalu pantai yang berpasir kelabu, serta sungai-sungai besar yang membelah pemukiman. Bandara Internasional Minangkabau kecil saja, dan lama ya..mirip dengan Bandara di Semarang, Bandung dan Yogya. Lalu kita dijemput bis, 2 jam perjalanan ke Bukittinggi.
Perjalanan kami awalnya datar saja..terlihat Bukit Barisan di sisi kanan. Rumah-rumah banyak beratapkan seng dan berbentuk tanduk, ngga ada Indomaret seperti jamak di Jawa, hampir seluruhnya adalah restoran masakan padang, dan banyak pohon kelapa. Berikutnya adalah jalan yang berkelok-kelok, dengan sungai jernih yang mengalir deras, air terjun di tebing, serta pemandangan ngarai yang indah. Beberapa kali kami melewati jembatan kereta api yang tidak digunakan lagi. Wah kalau jadi kereta wisata keren benar, menikmati pemandangan ngarai yang jauh di bawah.
Kota Bukittinggi sendiri ukurannya kecil, tapi rame dan hidup. Jalannya naik turun, dipenuhi dengan mobil, motor, sepeda, dan dokar. Ngga erllau crowded kok. Lalu kota ini penuh dengan hotel dan masyarakat yang buka warung tenda, terutama di malam hari makin ramai.
Selama di Bukittinggi, kami sudah mencicip masakan padang ala Bukittinggi. Bedanya dengan yang di Jawa, yang disini santannya lebih kental dan sambal lebih pedas. Secara umum isinya sama sih.
Lalu ada beberapa tempat ngopi yang kecil dan manis. Contohnya kedai kopi unik tanpa nama ini..cuma bilang Susu dan Coffee. Hehehe..benar-benar nama yang generik. Tapi kopinya enak, meramunya benar, dan harganya murah, berkisar belasan ribu. Banyak anak muda nongkrong disini. Kedai ini juga unik karena posisinya di bawah jembatan Limpapeh, jembatang penyebrangan peninggalan Belanda yang nampaknya jadi landmark kota.
Nampaknya Bukittinggi sedang mencanangkan gerakan bebas rokok, dengan banyak slogan kawasan bebas rokok. Yah kalau saya lihat sih masih banyak yang merokok di tempat umum, mungkin karena hawanya yang sejuk.
Senang sekali bisa menjejakkan kaki ke kota cantik ini. Semoga bisa jelajahi lagi spot menarik lainnya.
***
IndriHapsari
JAdi nyesel dulu selama di Lampung gak pernah maen-maen ke bagian Sumatera yang lain. Penasaran sama kota Padang ini karena banyak cerita seru dari sana..
Wah sy kok jd penasaran sm ceritanya š
Dulu aku ke bukit tinggi pas masih kelas 6 sd. Inget banget pas kesana kerjanya makan teruss hehe
Hahaha iya mgkn krn sejuk juga jd bawaannya laper mulu š
Iya mbak. Sama kalo kayak aku ke bandung pasti rada naik beratnya :p
Sy mah kemana aja naik
wah, ga ngajak-ngajak mbak, saya bisa sekalian pulang kampung š
Owh, asalnya dr Bukittinggi jugakah?
bukan mbak, dari kota lain dekat dari bukittinggi š
[…] lagi dengan postingan Indrihapsari yang jalan-jalan ke Bukittinggi, tapi masih mendengar nenek tadi berbicara dengan pasien […]
Kalo lihat di foto terakhir di google map sih nampaknya perkembangan kotanya ke arah timur dan selatan. Di sebelah utara dan barat sebagian masih kawasan hijau, datarannya tinggi, jg banyak lembahnya š
Ya Pak Yudhi..ke tempat2 ini hanya masalah kuat jalan apa ngga…deket banget! š
Sumatera aku baru ke Palembang sama lamping. Itu juga gak lama cuma seminggu di dua tempat. Pengen jalan2 lagi ke seluruh Indonesia sekalian bukan madu yang tertunda *masih penting ga sih?
Hehehe…itu mending mbaak…sy malah ngga kemana2. Kalau bulan madu mungkin ke Bintan atau pulau2 lainnya ya š
Pengennya raja ampat
Klo sy nunggu sy bs diving dulu mbak š
Waktu tinggal 14 tahun disono, nggak berasa cantik. Malah heran ini turis ngapain ke Bukittinggi. Haha.
Giliran sekarang di Jakarta, baru nyadar bahwa melihat gunung marapi secara jelas di pagi hari itu tiada ternilai. Hehe.
Hahaha emang kok sesuatu itu makin berharga setelah merasakan ketidakhadirannya š