Jam 3.
Saya bergegas memasuki area kantor. Membawa toples besar untuk dikembalikan ke pantry, dan gelas berisi kopi. Sugar free seperti biasa. Kurang nendang sih, tapi apa boleh buat, daripada diabet tambah parah.
Saya bertemu dengannya. Senyum lebar khasnya muncul, meski saya tak berhenti, masih sempat ia bertanya, apa yang saya bawa. Saya jawab singkat, ‘Toples Pak!’ dan berlalu. Jawaban yang sebenarnya tak perlu karena ia toh bisa melihatnya. Ia hanya ingin menyapa.
Jam 7.
Saya dengar kabarnya. Ia telah tiada. Terjatuh di kantor. Meninggal di tempat. Sampai rumah sakit sudah terlambat.
Berkelebat dalam ingatan apa yang saya temui jam lima tadi. Sebagai satu-satunya orang yang meninggalkan kantor, saya pamit ke mbak cleaning. Meletakkan jari di finger print, saya bergegas ke area parkir. Seorang satpam muda nampak bingung berjalan mondar mandir. Tersenyum dengan ragu saat melihat saya.
Makin mendekati kendaraan seorang satpam senior berlari menuju kantor. Tersenyum pada saya, sambil tetap berlari. Agak heran dengan situasi ini, kenapa semua berkumpul?
Dan keremangan suasana saat itu masih saja terbayang. Di ingatan. Saat semua ternyata pertanda redupnya usia seseorang.
Tak ada yang bisa saya ucapkan, selain rasa duka yang mendalam pada keluarga yang ditinggalkan. Kata orang, kalau meninggalnya cepat, berarti orang baik. Tuhan ngga tega melihat ia menderita. Saya memilih untuk percaya.
Terlebih, dengan kesempatan yang Tuhan berikan untuk bertemu dengannya, saya akan selalu mengingat kejadian ini.
Untuk berhenti meski hanya selewat. Untuk mengobrol meski hanya chit chat. Untuk menyapa jikalau sempat. Dan tentu, menghargai yang hidup.
Bahwa hidup itu terlalu singkat. Entah saya atau mereka yang saya sayangi yang dipanggil pergi. Tapi berusaha menitipkan perhatian, memberikan kesan, dan menyimpan kenangan, harus saya usahakan untuk memberi arti dalam hidup.
Bahwa hidup ngga cuma urusan mencari kebahagiaan. Belajar menghargai kehidupan. Pada mereka yang masih berusaha menata masa depan. Bagi kita yang masih dipercaya menjaga kehidupan.
***
IndriHapsari