Paling suka dengan iklannya Telkom. Bukannya membatasi penggunaan internet, malah mempromosikanenyebaran internet, karena banyak yang masih buta internet. Selain memperluas jaringan, edukasi yang dilakukan adalah mendatangkan narasumber yang berhasil karena internet.
Dari contoh yang saya tahu sih pengusaha resto dengan banyak cabang di Indonesia. Mati aja kalau mesti ngunjungin satu-satu, karena itu pake internet. Dalam bayangan saya semoga ada akademisi yang tiba-tiba nongol dengan risetnya sesudah mencari tahu apa sih yang sudah dilakukan oleh rekan ilmuwan di seluruh dunia? Atau contoh simple deh, anak saya, umur 7 tahun yang menggunakan internet untuk menjelajah masa lampau, jaman presiden Amerika masih menggunakan rambut palsu di kepala.
Jadi, internet itu penting, dan kalau bisa ya yang berkecepatan tinggi.
Kecepatan di sini emang payah. Pakai kartu sampai lumutan, pakai wifi sering lola sama putus. Entah apa salah Indonesia, karena banyak rakyatnya buta internet, sedangkan yang ngga buta pengen mbanting devicenya karena super lambreta.
Internet itu emang jelek banget ya?
Ketakutan yang ada adalah internet akan memberi pengaruh buruk pada generasi muda. Hm, modus yang sama waktu breakdance lagi melanda *duileee…lama bener!* dibilangnya juga pengaruh asing. Mungkin pas komputer pertama kali masuk, dibilangnya komunikasi dengan setan kali ye, soalnya bisa ngitung sendiri.
It shows how primitive we are.
Trus ya jangan mencak-mencak dong kalau dibilang random country sama tu penyanyi bule. Atau bayangan yang ada di kepala orang luar adalah penduduk yang bercawat dan gelantungan di pohon. Lah abis internet aja dimusuhin, padahal dunia berlomba-lomba mempercepat aliran datanya, sampe sepermillisecond dikejar dengan investasi ratusan juta dollar. Ih ngga ada kerjaan banget! Dan siapa yang melakukannya? Oh, ‘cuma’ bursa saham di New York, Jepang, sama London kok. Ngga ada apa-apanya dibanding The Big Indonesia.
Saya mencoba berbaik sangka. Antipati itu muncul ngga sekedar dari kesotoyan pemikiran kita aja (even I want to remind it again and again *grin*), namun mungkin melihat danpak buruk internet bagi rakyat Indonesia, terutama generasi muda. Ada cerita anak SMP ML, direkam, disebar lewat internet.
Hayo tebak, yang salah internet, yang melakukan, atau yang menyebarkan?
Kalau beres, maksudnya otak kita genap dan ngga kurang sak strip, kita tahu siapa biang keladi masalah ini. Anak SMP yang kengangguren hingga ngga tahu lagi what should do selain beraktivitas seksual sebelum waktunya, trus yang nyebarin emang caper tuh begituan aja disharing. So, it’s not about the internet. Meskipun kita tarik ke belakang, tu anak SMP sampai belajar dan kepingin dari mana yang mungkin bakal muncul lagi internet sebagai jawabannya, pertanyaan bisa saya balik, ngapain juga anak SMP itu buka situs-situs ngga beres, yang menawarkan kenikmatan semu karena trust me, itu mah akting doang! #eh š
Ada demand, ada supply. Dan poor deh tu anak, karena dia sudah merendahkan dirinya, lebih rendah dari binatang yang bahkan tahu kapan sih waktu yang tepat untuk bereproduksi, dan ngga usah pake rekaman.
Ketika kita bicara demand, maka sebenarnya akar masalah adalah bagaimana kita mengurangi demand atas penggunaan internet secara tidak bijak tersebut. Saya lebih setuju edukasi seperti yang dilakukan Telkom, untuk mendidik masyarakat agar tahu, di internet ada hal apa aja-dan gratisan mengingat masyarakat kita bergairah kalau dengar kata ini-yang dapat dimanfaatkan. Generasi muda perlu diberi pengarahan atau tugas-tugas yang berbasis internet, agar mereka bisa memanfaatkan secara maksimal potensi yang ada.
Alih-alih menutup situs umum yang berisi konten porno dan tidak porno, kenapa tidak menyuruh mereka mengunggah aplikasi penerapan ilmu di kehidupan nyata? Anak-anak muda itu kreatif, unik, dan cepat sekali beradaptasi dengan teknologi terbaru. Patut dimanfaatkan supaya potensi mereka tersalurkan, mereka mendapat arahan yang tepat, dan dunia bakal tahu, anak-anak kita emang juara. Atau jika kuasa ada di tangan orang Indonesia, maksudnya karena pengelolanya sudah jelas ada di Indonesia dan tunduk pada aturan hukum di sini, minta pengelolanya untuk filtering content, supaya hanya muatan berguna dan tidak porno saja yang ditampilkan. Hal ini ngga menghambat pemanfaaatan internet untuk hal yang berguna. Kalau full porno, libas aja deh! Itu sih jangan tebang pilih, pemerintah mesti updating skill terus, buat memblokir situs porno, baik dari server dalam maupun luar.
Sama seperti penutupan Dolly yang menyebabkan PSKnya carut marut ke panti pijat plus plus dan kota-kota lain, penutupan situs umum (yang berisi konten porno dan tidak) akan menyebabkan situs-situs lain akan disasar. Gini loh, kita berhadapan dengan maling. Kalau kata Cak Lontong di Indonesia Lawak Klub, maling itu ngga akan berdiam diri di pintu yang tertutup. Tapi ia akan mencari pintu yang terbuka, dan memasukinya. Kalau pada dasarnya sudah horny, ya apapun dilakukan supaya bisa mendapatkan akses pemuasan pribadi. Atau bertransaksi ilegal melalui internet. Soal itu mah, The Deep Web kuncinya *lah kok jd bocorin yak :v *
Yang bisa dilakukan adalah menyurutkan keinginan untuk menggunakan internet dengan tidak bijak. Itu datangnya dari kesadaran, dari edukasi, dari publikasi, dari usaha kita bersama untuk memajukan masyarakat. Bukan memberangus kesempatan untuk mengembangkan diri.
***
IndriHapsari
Foto courtesy Asean DNA
Tuhan menciptakan orang2 Pinter yang kemudian menciptakan apa yang mini kita debut internet tenth ada maksudnya. Yaitu memudahkan kita.
Btw, kalau kemudian ada ‘masalah’ di kemudian hair tenth yang salah adalah manusianya. Indonesia masih sangat2 perlu dilakukan penyuluhan Tentang berinternet sehat dan manfaat termasuk bagaimana memanfaatkan sosial media yang macemnya udah banyak kayak jajan pasar.
*sambil nonton pinal piala dunia*
Iya nih mbak, kan itu tergantung orangnya mau pakai utk kebaikan atau kejahatan.
Eh selamat ya, Jerman menang š
[…] Topik yang sama, jika ditulis dengan cara pandangnya, akan terasa sangat berbeda saat dibaca(Internetnya Yang Salah, Atauā¦?). Bahkan saat menulis tentang kesehariannya yang juga seorang ibu, dia bisa menulis dengan cara yang […]