Waktu ke Jakarta kemaren, suami saya nanya mau makan dimana. Terserah, jawab saya. Trus dia mengusulkan ke Pacific Place aja. Duileee…saya pernah 4 jam di mall yang ngga begitu gede itu, nungguin anak-anak main di Kidzania, makan, lihat pertunjukan, pokoknya ngider deh. Dan di antara puluhan mall yang ada di Jakarta dia ngajakin saya ke sono lagi? Please deh…
Akhirnya, dia ngajak saya makan di Setiabudi Building di kawasan Kuningan, which is sebuah gedung perkantoran. Eaaa…ini mah makan doang (pupus sudah window shopping, apalagi belanja belanji). Di Surabaya sih ngga ada kaya ginian, perkantoran yang ada foodcourtnya. Paling kantin biasa, dan kalau weekend ya pasti tutuplah, wong yang beli ya orang kantor.
Ternyata, kalau di Jakarta ini beda yah. Baru masuk parkir aja saya lihat sekelompok anak muda memasuki area ini dengan jalan kaki. Trus ada bule dengan pasangannya juga jalan kaki ke tempat ini.
Habis parkir, trus naik sedikit, banyak orang duduk-duduk di dekat air mancur. Ada kedai-kedai dan tempat duduk buat yang mau ngemil-ngemil gitu kali. Dan waktu kita masuk area makannya, paling depan ada Starbucks. Wah, di Surabaya Starbucks adanya di mall doang. Kalau dia sampai mau buka di tempat ini, pasti ada sesuatunya dong.
Tempatnya seperti lorong, dengan kiri kanan restoran. Ada tiga lantai, tapi mulai lantai dua cuma beberapa tenant aja ada di sana. Ada bioskop dan fitness center. Trus di lantai satu yang seru, macam-macam restoran mulai Sunda, Jepang, Korea, Thailand, Chinese, yang semuanya udah ada di Surabaya. Yang belum ada ini nih, El Greco.
Waktu pertama lihat resto ini, mikirnya ‘oh masakan Turki.’ Ternyata Greek itu Yunani yah, tapi kenapa feelnya ini Turki? Tetangga ternyata kalau dilihat dari peta, dan kebudayaan mereka juga relatif sama.
Restonya nuansa biru, di pinggir dilengkapi sofa, trus di tengah kursi dan meja kayu. Hanya ada beberapa pengunjung. Seorang wanita muda dengan rokoknya, seorang asing yang mirip orang Turki, dan sepasang suami istri Tionghoa dengan seorang bule berambut panjang, yang sibuk bicara ini itu dengan pasangan tadi. Ternyata dia pemilik atau manajernya, aktif menyapa pengunjung, dan bisa bahasa Indonesia. Dapurnya ngga kelihatan meski pakai kaca, kita malah seperti berhadapan dengan bagian depan rumah. Sesekali terlihat pria dengan tampang Turki juga di ruang tersebut, mungkin itu chefnya, soalnya pake baju item sih. Bagian depan adalah kasir dan tempat es krim, yang kosong melompong cuma ada 4 rasa. Jadi ngga tega mesennya.
Buku menu cukup OK, menarik dan ada keterangannya dalam bahasa Inggris. Harga makanan berkisar 20-140 ribuan, trus minuman sekitar 25 ribuan. Mbaknya juga nawarin menu of the day, berupa foto dengan diberi keterangan di belakang serta harganya. Kita pesan yang di buku menu aja.
Kalau di resto unik kaya gini, pesannya jangan yang biasa ada. Bapaknya pesan teh manis yang pakai teh celup merk Dilmah, yah kalau ini sih di rumah juga bisa. Saya dong, Lemonita (bangga) isinya minuman jeruk nipis, pake sereh dan soda. Jadi gigit-gigit gitu, enak sih, ngga asem. Dan serehnya memberi rasa unik.
Trus kami pesan Pites, ini sejenis roti canai gitu, dengan tekstur lebih alot dan kaku. Makannya dicocol ke sejenis mayo, entah ya, mungkin yoghurt mengingat orang Turki senang makan yoghurt. Di menunya berapa kali tuh disebut pake yoghurt, dan bayam.
Beneran nih. Bayam ternyata bisa masuk (semacam) lasagna, salad, dan …bakso. Namanya Giuvarlakia, terdiri dari 4 bakso daging, di dalamnya ada bayamnya. Trus kuahnya kental, sepertinya pakai susu/krim, seperti kari rasanya. Emang perpaduan Asia dan Eropa ya Turki ini.
Trus kita juga pesan Burtakia, yang ini ayam panggang dengan french fries. Ini ayam panggang terenak yang pernah saya coba. Ayamnya entah potongan yang mana, tapi dia patahkan tulangnya dan dibentuk seperti dada. Tentu tanpa tulang-tulang kecil yang biasanya ada. Ayamnya berkilat karena lemaknya keluar, trus lemak dan minyak mengalir ke french friesnya.
Overall bisa jadi alternatif untuk dicoba. Cuma disini kan makan cantik ya, tiga jam kemudian saya makan semangkuk bakso komplit š
***
IndriHapsari
Foto : pribadi
Padahal makanan Turki biasanya porsinya sakhoha, Ndri. š
Shakoha itu artinya banyak ya Mbak? Ini nggaaa….dan masih laper š
He-eh biasanya porsi guede.. Bukan untuk perut indonesia, lah… š