Cek lagi layar handphoneku. Adakah pesan darimu.
Tidak.
Bahkan untuk mengucapkan selamat tidur seperti biasanya, tidak.
Aku hanya ingin lupa, bahwa ada suatu masa kita bersama. Saat berbagi tawa dan canda berdua. Saat bertatap mesra dan saling menggoda. Saat kau merengkuh aku dengan bahumu, dan membiarkanku menangis di dadamu.
Tapi kini, kosong.
Tak ada lagi yang kutunggu, muncul dari balik pintu. Tak ada yang tersenyum saat menyambutku. Tak ada yang begitu bodoh menempuh hujan hanya karena ingin menjemputku. Bodoh karena setelah itu kau sakit. Bodoh karena kau masih saja beranggapan dirimu begitu lemah, ‘Jadi cowok kok kalah sama air,’ dan dengan terhuyung berusaha bangkit dari ranjang.
Dengan segera aku mencegahmu berdiri. Terlambat, kau segera terjatuh lagi, dengan tanganku sedang memegang pinggangmu. Terseret dengan berat tubuhmu, terjerembab di sampingmu, tertawa kita dibuatnya ketika aku, sang penolong, ternyata sama lemahnya.
‘Aku sayang kamu,’ katamu pelan sambil mengecup keningku.
Tersipu aku segera menegakkan badanku. Pura-pura sibuk memeriksa obat dari dokter, tapi sebenarnya sedang meredakan detakku.
Yang paling kusuka, mengamatimu. Melihatmu melintas di depan kelasku. Melihatmu tertawa keras-keras dengan teman-temanmu. Lalu belagak santun ketika aku mendekati kalian.
Pras, mana mungkin kulupa semua itu, sampai akhirnya kau memutuskanku?
Memang tak ada hujan, memang tak ada guntur menggelegar. Namun itulah yang kurasakan. Ingin menangis rasanya, tapi kutabahkan jiwa.
‘Begitu? Baiklah, kalau itu maumu,’ kataku tanpa perlawanan. Dan sejenak kemudian, balik badan meninggalkanmu sendirian.
Oh ya, memang aku tak mau perlihatkan muka, menghiba pada keputusanmu. Atau mengais pengasihanmu? Forget it, Pras!
Tapi di sinilah aku sekarang, berulang kali mengecek layar, adakah satu pesan terpampang. Di mana kau, Pras? Di mana sesalmu, Pras? Tak ada artikah aku bagimu, sehingga sudah selayaknya aku kau lepaskan?
Aku hanya berharap, semua saat bersamamu hanya mimpi semata. Bunga tidur. Bukan kenyataan yang ingin kukubur. Sungguh Pras, aku hanya berharap, kau tak pernah muncul dalam hidupku. Atau kupinta Tuhan, untuk membuat kita tak pernah bertemu.
Jika akhirnya adalah seperti ini. Cek lagi layar handphoneku.
***
IndriHapsari