‘Never trust a skinny chef’
begitu kata seorang chef di New York, yang bisa ditebak dong, badannya bulet let 😀
Ngedenger itu logis sih, seseorang gendut itu karena asupan makannya lebih banyak daripada olahraganya. Kalo seorang chef yang sering masak, sering nyicipin dan sering makan itu kurus, itu antara olahraganya yang kenceng, atau dia ngga begitu suka sama hasil masakannya, atau…let’s say hormon dia emang kurus 😀 Soal ngga gitu suka, atau menahan diri untuk ngga makan lebih ini, bisa kelihatan kok. Di acara The Kitchen di channel Food Network yang isinya 2 presenter pria dan 2 presenter wanita, ada yang badannya slim kaya model. Ya gitu, kalau makan gaya cantik gitu, digigit cuma sedikit, ngangguk-ngangguk sambil bilang, ‘It’s delicious!’ sambil membelalakkan mata, udahnya ditaruh aja gituh potongan terbesarnya di balik mangkok, menghindar dari kamera. Jadi semua chef yang skinny itu, dibalik penampilannya yang segar dan seolah masakannya enak semua, mereka bisa menahan diri untuk hanya mencoba sesendok (dan mungkin memuntahkannya kembali saat kamera selesai menyorot) membiarkan pemirsa yang mencoba menghabiskan semua, dan mendapatkan tambahan kalori dari bahan-bahan ‘berat’ yang ditambahkan.
Dua channel kuliner di Indovision, Asian Food Channel dan Food Network memadukan dua tipe chef tersebut. Ada yang kurus sehingga ngga ada tonjolan apapun di badannya, ada yang gemuk sampai lipat-lipat. Di antara itu ada yang sedang saja, ada yang menggabungkan keduanya, seperti acara Good Chef Bad Chef, dibawakan oleh pria pendek bulat dan wanita berpostur tinggi bak model. Ada yang dulu kurus sekarang gemuk, misal Jamie Oliver, sekarang di Jamie at Home. Yang hebat ya yang bisa jaga badannya setelah sekian lama. Itu mungkin olahraganya kenceng ya misal seperti Gordon Ramsay, si ‘jahat’ dalam acara apapun yang dia bawakan termasuk Master Chef. Habis lengannya kaya latihan beban gitu. Perkecualian untuk Anthony Bourdain dalam acara No Reservation, dia nih makannya ngga jaim, ngerokok, ngebir, tapi badan tetap slim sampe sekarang.
Kalau di Indonesia gimana?
Sepertinya acara memasak bukan favorit di negeri ini ya. Ngga semua saluran TV punya acara memasak, kalau jalan-jalan kuliner bahkan ada yang punya lebih dari satu. Mungkin dilihat dari tipikal masyarakatnya, halah…beli aja gampang kok. Ngga usah pusing gas, minyak goreng, dan peralatan. Tinggal hap, praktis dan masih terjangkau. Kalau di luar semua mahal, mending bikin sendiri kalau mau dapat makanan sehat. Hal lain, paling di rumah juga nyuruh si mbak yang masak 🙂
Acara memasak yang paling saya ingat yang dibawakan Rudi Choirudin, itu pas RCTI baru berdiri ya, nama acaranya Memasak Bersama Rudy. Masnya ramah sekali, dan pasti jadi idaman ibu-ibu soalnya ngga pelit ngajarin, ngga kasar, dan jelas ngasih tahunya. Trus ada Wok With Yan di SCTV, meski diimpor dari Canada, tampangnya yang ramah, suka bercanda, dan memasak yang simple bikin ibu-ibu suka mantengin acaranya. Sayang acara ini tersangkut kasus memasak babi pas bulan puasa, yang dijatuhi sanksi ngga boleh tayang lagi. Baru tahu nonton orang masak babi ternyata bikin haram juga ya 😀 Trua ada bu Sisca Soewitomo dengan acara Aroma. Yang ini ibu-ibu dengan penjelasan yang kalem, jelas, dan kebanyakan kue dan pastry ya. Pas diulas Kompas, ibu ini punya dapur percobaan di rumahnya…keren ya! Chef yang maju adalah ia yang tak mau berhenti belajar, meski sudah sehebat apapun. Yang paling ribet di TPI tuh, apa ya… Selera Nusantara. Ribet karena masaknya pakai baju daerah! Ngga cuma presenternya, yang masak juga! Dan tau sendiri dong masak makanan daerah itu prosesnya lebih rumit, yang pasti baru mau nyatet sudah putus asa dengan banyaknya rempah-rempah yang harus diolah dulu.
Akhirnya sekarang yang muncul ya chef-chef selebriti, seperti di acara Ini Talk Show tanggal 2 Oktober 2015, di Net TV. Ada Chef Aiko, Chef Juna, dan Chef Farah Quinn. Semua langsing-langsing, cakep-cakep, dan terus terang saya belum pernah lihat bagaimana program memasaknya. Chef Aiko malah tahunya karena gossip dengan Syaiful Jamil. Lalu Chef Juna karena jadi juri di Master Chef, katanya galak pisan. Lalu ada Farah Quinn, ini mah saya ikuti FBnya, soalnya kerjaannya keliling dunia! Trus mana memasaknya? Ya…pas dia lagi di rumah sih, bikin breakfast buat anaknya, atau komen ini itu soal makanan yang ia cicipi. Lainnya ya pemandangan, bule yang difoto separuh :P, pas di pesawat, undangan party dan dinner…enak banget hidupnya 😀 Oya, mbak Farah bisa slim di bagian tertentu dan berisi di bagian lain :P, karena menyempatkan diri lari pagi dimanapun dia berada. Hebatnya, selalu ada yang motoin pas lagi lari begitu…ckckck…
Namun, aksi chef-chef ini memang perlu ditonton. Merekalah yang membuka mata saya, bahwa memasak itu mengasyikkan. Mereka tawarkan cara yang lebih sederhana, bahan yang lebih sedikit namun tetap kaya rasa, dan trik supaya berhasil. Dari situ saya tahu, memasak itu selain ada unsur kreatifnya, juga ada logikanya. Kita masukkan bahan ini pas ini, karena bahan ini bereaksi baik dengan panas suhu sekian atau dengan kondisi tertentu di wajan. Penataan juga saya banyak belajar, ngga diuwel-uwel kaya nasi pecel. Kalau bisa ditata baik, terpisah antar sayurannya, dan saus kacangnya juga terpisah, dengan rempeyek cantik di sisi piring, dan nasi yang punel berbentuk lingkaran, pasti namanya jadi Javanese Salad 🙂
Buat yang mau mulai mantengin aksi chef favorit saya, ini ada brief reviewnya. Siapa tau ada yang cocok, tapi kalau ngga coba ditonton aja. Karena selera kan bisa beda-beda. Satu lagi, ngga semua bisa ditiru karena kalau di negara maju serem listriknya. Pakai oven, kompor listrik, blender, mixer, pencetak wafel, itu baru sebagian. Lalu bahan-bahannya kita ada juga yang ngga bisa begitu saja didapatkan di pasar atau tukang sayur. Iga babi, garam masala, krim, susu badam, peterseli, paprika, dan lain-lain.
Dari Channel Food Network
Unique Eats
Ini acara kuliner, dengan memperlihatkan sedikit cara memasaknya di sela-sela komentar para host yang memuja-mujanya. Maksudnya semua dijamin enak. Yah melihat penuhnya pengunjung, mestinya jadi pilihan yah. Kameranya menyorot dengan artistik, kebanyakan close up, baik untuk para host maupun makanannya.
Giada At Home
Mbak ini ayu sekali, meskipun nongnong (jidatnya lebar) dengan tubuh yang mungil. Sukanya pakai baju berdada rendah 😀 selalu full make up, dengan senyum lebar dan gigi yang kayanya dibleaching. Silau, men! 😀 Masakannya kebanyakan Itali, ngga terlalu simple sih…tapi liat dia masak aja sudah segar sendiri 🙂
Extra Virgin
Ini pasangan aktor dan artis, yang artis dari New York, yang aktor dari Italia. Masakan kebanyakan Italia dan untuk acara keluarga. Tapi hati-hati nonton ini dengan anak-anak, soalnya untuk menunjukkan keromantisan, banyak ciumannya! :*
Barefoot Contessa
Nah, ini contoh chef yang sudah berumur dan gemuk, dengan masakan kota yang mungil-mungil cocok untuk pesta kecil dan simple. Meski jelasinnya sabar, keliatan kalau sebenarnya ni ibu galak, sekali bikin masalah bakal dikepret 😛
Farmhouse Rules
Yang ini juga sama nih, ibu-ibu gemuk yang tinggal di peternakan. Lebih lincah daripada yang Contessa, galaknya lebih terasa 😀 Banyak resep makanan di pedesaan yang porsinya besar, bahan-bahan yang segar, dan cara masak yang lebih kuno. Meski punya oven listrik, kadang-kadang pakai oven kayu bakar juga.
Dinners, Drive-In and Dive
Dibawakan oleh chef cowok gempal bertato, Guy, dia kelilingan nyari tempat makan yang ok di penjuru Amerika. Sekalian ngintip-ngintip proses pembuatannya, pembawaannya yang ramah dan ngga malu-malu melahap makanan membuat tubuhnya makin subur, plus disukai karena serunya. Kadang dia masak juga lo, di Guy’s Big Bite.
Unwrapped
Ini acara favorit karena menunjukkan produksi makanan kelas pabrik. Kapan lagi bisa tahu cara pembuatannya, plus bahan-bahan yang dibutuhkan.
Kelsey’s Essential
Mbak ini sama cantiknya dengan Giada, tapi lebih simple dandanannya. Mungil dan lincah gitu. Saking lincahnya, bahannya disampaikan dengan cepat jadi susah mau mengingat tadi dia nerangin apa aja. Hasilnya biasanya berseni, agak ribet bikinnya.
Ten Dollar Dinners
Ini acara favorit saya yang baru. Dulu ada acaranya Rachel Ray juga begini, $40 A Day, yang ini patokannya ke harga bahan. 10 dollar buat 4 orang ya murah ya, termasuk untuk ukuran Indonesia. Tapi bahan-bahannya bikin sakit hati, ngga ada yang beredar disini Anyway, cara memasaknya cepat dan simple, jadi bisa dicontoh.
Pioneer Woman
Ibu ini tinggal di peternakan, kalau lihat dari penampilannya, inilah wajah dan tubuh khas Amerika. Tinggi besar, berusaha bergaya meski tinggal di desa. Masakannya simple, dengan bahan yang juga simple, jadi diikutin masih bisa.
The Kitchen
Ini acara yang membahas apapun soal makanan. Pembagian segmennya jelas, trus tik tok antar 4 presenternya juga bagus. Diselingi dengan komedi dan acara masak memasak, acaranya enak ditonton sambil bersantai. Oya masaknya juga anti ribet makanya saya suka saya suka 😀
The Grocery Games
Acara yang dibawakan Guy ini juga seru. Peserta diminta mengambil bahan dari supermarket, dan mereka memasaknya sesuai tema. Bukan itu saja, pas ngambiiln barang suka ‘diganggu’. Misal diminta ngambil barang yang depannya huruf B, atau cuma boleh ambil barang obralan.
Dari Asian Food Channel
Awalnya ini channel favorit saya, kuliner yang 24 jam. Tapi lama-lama yang ditayangkan kebanyakan masakan Asia yang sama ribetnya dengan Indonesia, pembawa acara yang ngga asyik, bikin saya banyak mindahin channel ke Food Network. Sama satu lagi, liat acara ini bikin sakit hati. Program Indonesia hampir ngga ada, tapi masakan kita, wisata kita, ditampilkan oleh program TV dari Malaysia dan Thailand. Pake acara dibanding-bandingin lagi, dan kita ngga punya kesempatan untuk mengkonfirmasi. Apalagi liat program dari Singapura, beugh…itu negara kecil tapi diuplek-uplek dibahas semua tempat makannya, seolah ok semua. Kalau soal kekayaan rasa dan variasi jenis Indonesia pasti menang. Tapi ya itu, semua salah Jokowi siiih #eh 😛 Maskudnya ribut dengan hal-hal yang di luar jangkauan kita, kekayaan kuliner nusantara malah diabaikan. Program Indonesia ada, dari chef yang saya ngga begitu kenal, dengan masakan Barat! Ampun dah, masak Indonesia aja biar saingannya ngga banyak…soalnya kalah di cara masak dan kesimpleannya.
Akhirnya dari saluran ini saya cuma suka Chef Michael’s Kitchen. Penampilannya bagus, masaknya simple, suka ngasih tips, bahannya gampang. Jamie At Home aslinya bagus, karena simple juga masaknya. Tapi kalau dia ngomong kuping saya suka sombong. Ni orang ngomong apa yak, ngga jelas blas 😀
Semoga dengan panduan ini bisa menumbuhkan minat pemirsa terhadap masak memasak, ngga cuma nyicip atau nonton GGS doang 😀 , juga membuat tokoh-tokoh kuliner kita lebih maju dengan program-programnya demi kuliner nusantara.
***
IndriHapsari