
Dari Indonesia saya sudah rencana mau kemana saja di Taipei, karena waktunya terbatas, khawatir ngga cukup. Hari Senin yang biasanya tempat wisata pada tutup itu kami manfaatkan untuk pindah kota dari Kaohsiung ke Taipei. Semua destinasi disusun berdasarkan jam bukanya. Kebanyakan baru buka jam 9, jadi kalau kami start pagi karena ogah rugi 😛 mainnya ke taman yang bebas dimasuki kapanpun. Malam lebih mudah karena banyak night market, pedestrian area, atau nongkrong aja di resto sambil makan malam. Pulang ke hotel tinggal bongkar pasang koper atau tidur kecapekan 😀
Taipei Zoo
Berbeda dengan MRT yang biasanya jalan di bawah, kereta yang menuju Taipei Zoo station ini melajunya di atas, jadi bisa lihat Taipei dari atas. Tapi tujuan ke bonbin lagi (setelah Shoushan Zoo) juga karena pengen naik Maokong gondola, cable car yang tingginya 500an meter, biar bisa lihat Taipei dari atas.

Kebun binatangnya luaaas dan panas. Bagus sih penataannya, dikelompokkan gitu. Sepertinya koleksinya ngga begitu banyak tapi penataannya bagus. Keterangannya dalam bahasa Inggris jadi bisa dimengerti. Banyak petugas usia lansia yang menyapa pengunjung. Yang unik ada penguin dan koala yang ngga pernah liat di Indonesia.

Untuk menuju gondolanya silakan disimak disini. Karena rame kali ya kami disatukan dengan penumpang lain. Tapi pas balik bisa sendiri, karena yang lain ngantri buat crystal cabin. Lihat di sekitar pemandangannya Taipei dari kejauhan. Yang paling mudah diamati ya Taipei 101.
National Palace Museum

Ni istana gedeee banget, jadi berasa kemegahannya pas jaman dulu. Penuh dengan turis China, pemeriksaannya ketat dan ngga boleh bawa tas ataupun motret di dalam.
Setelah membayar karcis masuk dan melewati pemeriksaan, kami melalui kamar-kamar yang luas, temaram, dan penuh orang. Isinya benda sejarah dan kesenian, ada namanya dalam bahasa Inggris. Selain turis petugasnya juga kerap keliling membawa sign yang isinya harap tenang. Buka sepatu juga ngga boleh di lantai yang berkarpet tebal ini.
Kalau lapar di luar ada cafe yang makanannya enak. Turis berbagai bangsa kumpul disana. Ternyata ada ruang pamer lain yang bisa dikunjungi tapi kami ngga masuk. Turun ke bawah untuk ke toilet, rupanya lantai ini dipakai untuk menerima rombongan yang berbus-bus, sekalian bagiin alat rekaman sebagai panduan keliling museum. Di bawah juga ada post office kalau mau kirim kartu post langsung dari National Palace.
Fisherman’s Wharf

Untuk mencapai jembatan ini, naik kereta dulu sampai ujung yaitu Danshui Station. Stasiunnya model Palace gitu, gede dan unik. Nunggu busnya tinggal nyebrang. Total waktu sampai ke Fisherman’s Wharf 1,5 jam. Dari stasiun viewnya juga bagus karena stasiunnya di atas, backgroundnya gunung.
Fisherman’s Wharf sendiri adalah sebuah jembatan yang memang untuk dilewati dengan berjalan kaki. Di tengah anginnya kencang hampir menerbangkan topi. Di sekitarnya bisa foto-foto di dermaga, viewnya laut, bangunan mall dan hotel, serta kapal-kapal.

Yang hebat…ngga ada orangnya! Sampai heran, biasanya kan sibuk suasana pelabuhan ya. Untunglah ada minimarket macam sevel gitu, lalu ada bazaar tempat menjual barang khas Taiwan. Harga lebih mahal sih daripada night market tapi boleh nyoba dan rapi. Yang jual emak-emak semua 🙂
Taipei Astronomical Museum

Udah jalannya jauh dari stasiun Shilin, gedung museum yang kami kunjungi ngga begitu representatif. Karcis mesti beli kalau mau liat observatorium. Karena kami ngga mau, jadinya ngga beli karcis. Ternyata karcis bisa digunakan untuk melakukan permainan di arena museum, seperti dibolak balik seolah astronot, dal menyusun kepingan lego dengan cara digantung dan pakai gloves. Kalau gratisan kita bisa menyaksikan alat peraga interaktif di sayap kiri dan hal lain di sayap kanan. Sayangnya yang sayap kanan lagi direnov, maka kunjungan singkat kami harus berakhir di toko souvenir 🙂
National Taiwan Science Education Center
Gedungnya sama besarnya dengan yang di Kaohsiung, jadi syukurlah Taiwan menganggap serius urusan ilmu pengetahuan ini. Setelah bayar tiket, kami masuk ke gedung yang terdiri dari 6 lantai. Seperti biasa, naik dulu yang tertinggi, lalu turun satu persatu ke lantai bawahnya.

Sayang meski luas, lengkap dan interaktif, ciri museum kuno langsung terasa. Suasananya muram, hening, kosong, permainan interaktifnya di beberapa area kurang menarik. Yah kaya taman pintar atau Jatim Park 1 jadinya. Yang canggih seperti menciptakan avatar di layar yang besar itu sebenarnya menarik. Lalu menyusuri jalan makanan manusia mulai dari tempat duduk poo (:D) sampai gigi juga menarik. Tapi jadinya mirip-mirip Museum Tubuh di Batu. Bagian Kimia cukup menarik dan interaktif.

Shilin Night Market

Ke pasar malam ini, turunnya bukan di Shilin Station tapi Jiantan Station. Dari sejak turun sudah berasa hebohnya karena rame banget. Melintasi perempatan yang gede, langsung ketemu deretan pedagang. Menurut saya Shilin nih night market paling besar, terdiri dari indoor dan outdoor.
Penjualnya juga ngga melulu makanan, ada kaos dan sepatu branded juga. Selain jalan besar dan bangunan pasar, mereka juga ada di gang-gang, bahkan depan kuil juga ramai. Yang dijual sih sama, tapi suasana beda. Tiba-tiba muncul kuil, bangunan yang khas, lalu di ujung gang terlihat gunung. Rupanya dia dekat dengan Yamingshan National Park.
Huaxi Night Market
Area pasar malam Huaxi meliputi beberapa jalan kecil dan saat memasuki pasar ini ada daerah tertutupnya, maksudnya ada atapnya. Nah disinilah makanan yang aneh-aneh yang sempat dicicipi Anthony Bourdain berada. Ada ular gede-gede di akuarium #bergidik. Lainnya sih pusat pijat refleksi, mungkin setelah capek belanja.

Yang dijual jajanannya sama, cuma kami terganggu dengan sepeda motor yang bebas keluar masuk. Jadi mesti ati-ati supaya ngga terserempet di jalan yang kecil itu. Lalu pedagangnya lebih ngga ramah, beberapa stan memasang tulisan no photograph, padahal dengan difoto dan diupload ke medsos dia tambah terkenal. Tapi mungkin yang moto ngalangun yang beli ya, atau ngerepotin untuk pose tapi ngga jadi beli.
National Taiwan Museum
Sempat kecele karena pas hari Taipei kena topan dia tutup, akhirnya buka juga dia keesokan harinya. Dari NTU Hospital Station langsung aja keluar berbelok di taman 2/28 atau 28 Februari. Halamannya luas karena taman itu dengan beberapa gazebo yang dihuni gelandangan.
Bangunan museumnya sendiri ngga terlalu besar tapi tinggi. Terdiri atas dua lantai, isinya sejarah dan budaya tapi ngga terlalu lengkap, plus kendala bahasa karena pakai bahasa China semua.

Tiket yang dibeli sekalian bisa masuk ke pameran dinosaurus di Bank of Taiwan, yang berada di sebrang muaeum. Kalau yang ini lebih banyak isinya dan lebih menarik buat anak-anak. Displaynya bagus, dan ngatur layoutnya juga bagus. Cuma begitu masuk ke area apa ya di paling atas, kami bengong aja ngeliatin bata rusak, bagian dari tembok dan ornamen bangunan yang dipamerkan. Jadi selewatan doang.
Evergreen Maritime Museum

Museum yang terletak di sebrang Chiang Kai Sek Memorial Hall ini dikelola oleh Evergreen, perusahaan kargo dunia. Karena swasta yang mengelola, yeah you guess…semua terasa lebih teratur, lebih menarik dan lebih serius dirawatnya. Terdiri dari 4 lantai, habis beli karcis di toko souvenir naik saja pakai lift ke lantai 4, baru turun satu-satu. Isinya miniatur kapal mulai tradisional sampai kapal perang, kapal angkutan sampai kanal, lalu ada juga alat navigasi dan pakaian staff kapal. Beberapa alat interaksi berbahasa China, yang lain display saja tapi rapi dan bersih. Miniaturnyapun seperti asli saking detailnya. Baru terasa betapa penemuan yang seolah sederhana, misal mesin diesel, jadi bisa sangat berdayaguna ketika dibawa ke skala yang lebih besar.
Huangshan 1914 Creative Park

Jalan sebentar dari stasiun Zhongxiao Xinsheng, taman ini berisi benda-benda besar, colurful, yang akan menarik perhatian pengunjung. Pas kami datang di Minggu pagi sedang ada acara anak muda, entah apa. Yang pasti outlet Where’s Wally dan buku raksasanya ada di sana. Lalu ada rumah up side down juga persis di Kaohsiung. Karena sedang tutup semua cuma sebentar kami disana.
Sun Yat Sen Memorial Park
Sempat tersesat gara-gara Google Map, akhirnya kami pakai logika sederhana, stasiun MRT ngga akan dinamakan Sun Yat Sen kalau ngga ada maksudnya. Akhirnya nyampe juga ke taman sekalugun museum untuk bapak pendiri Taiwan, Sun Yat Sen.

Di lobby seorang opa-opa yang ramah menyambut kami dalam bahasa Inggris yang sangat bagus. Ngga cuma tatanan bahasanya, tapi sampe ke spelling dan aksennya bagus banget. Dia nanya kami dari mana, trus dia ngangguk-angguk sambil bilang, ‘Ah, Indonesi (beneran tanpa A) it’s far away for me.’ Jadi sedikit bangga dari Indonesia bisa sampai sana 🙂
Dia menyesalkan kenapa kami datang terlambat. Kerumunan turis memang sudah mulai bubar. Mereka ternyata berfoto di depan patung Sun Yat Sen yang gede, seperti patung Abraham Lincoln yang ada di film Night At The Museum 2. Lalu ada dua penjaga di sisi kiri kanan bersiaga menjaganya. Sayap kanan berisi kisah hidup Sun Yat Sen, sedang sayap kirinya adalah prinsip-prinsip kebangsaan yang ditetapkan oleh Sun Yat Sen. Lanjut ke toko souvenir, sedang bagian atas adalah karya seni berupa lukisan.

Yang menarik selasar gedung ini digunakan sebagai tempat latihan dance oleh anak muda dan tari oleh para lansia. Kelompok-kelompok kecil ini berlatih dengan menggunakan speaker yang nampaknya disediakan pengelola gedung soalnya banyak speaker serupa ditaruh di bawah, siap dihubungkan dengan HP yang memuat musiknya. Menarik melihat tempat berisi kenangan ini tidak mengkultuskan diri, namun membuka kesempatan generasi penerusnya untuk merasa memiliki semangat kebangsaan yang ada.
Chiang Kai Sek Memorial Hall

Tersesat (lagi) di gedung University of Technology, akhirnya dengan logika dasar kami bisa menyusuri CKS Memorial Hall yang super megah, mewah dan luas. Beda dengan SYS yang nampak bersahaja dengan satu bangunannya, CKS terdiri dari gapura yang megah berhadapan dengan bangunan tinggi, lalu dua kuil di sisi kiri dan kanan. Lapangannya luas banget, kebayang Tiananmen seperti apa ya sampai bisa menampung sejuta orang. Bangunan tinggi itu isinya patung CKS yang lebih besar dr SYS, sama sih ada dua penjaga. Kami sempat menyaksikan upacara pergantian penjaga yang dilakukan setiap jam sekali. Rumit juga, ada sekitar 15 menit kami menyaksikan gerakan seragam dari kelima prajurit tersebut. Di bawah kuil ternyata ada restoran, dan kalau kita jalan terus ada ruangan yang digunakan untuk konser.
Taipei Botanical Garden dan National Museum History

Pergi ke taman ini sampai dua kali, pertama sebagai short cut, kedua karena kebun raya ini terletak di belakang museum sejarah. Waktu kedatangan kami pertama, baru tahu kalau taman ini sebagai jalan pintas juga sebagai tempat olahraga. Melewati pintu putar yang artistik, sampailah kami ke taman dengan pepohonan tinggi. Tapi jangan bandingin sama Kebun Raya Bogor ya, yang ini jadi terkesan seadanya 😀 Tapi fasilitas salut deh, karena paving mulus tempat pejalan kaki, enak untuk.lari pagi, senam atau mendorong stroller. Kebanyakan para lansia kumpul disini. Di tengah kelompok yang lebih kalem asyik memotret danau lotus, ya bunganya, ya kodoknya, ya tupainya. Di dekat danau itu ada bangunan serupa kuil, ternyata itu bagian dari National Museum History.
Mengenai museumnya kecil saja, dominan warna merah. Lalu isinya mulai jaman manusia purba sampai kebudayaan Taiwan. Ngga terlalu banyak dan lengkap sih, yang menarik komunikasi visualnya.
Taipei 101
Awalnya cuma berani foto di persimpangan yang kelihatan bangunan Taipei 101nya jelas. Soalnya masa boleh masuk ke perkantoran. Setelah itu baru tau, kalau gedung ini adalah mall. Dan umum boleh naik ke tingkatan tertinggi. Karena itu pada hari yang berbeda kami menyusuri gedung demi gedung dari stasiun Taipei City Hall dan akhirnya sampai di bagian depannya.
Isinua air mancur menari, beberapa anak kecil tertarik untuk bermain di situ. Kami bergegas masuk, isinya brand mewah gitu. Kalau mau ke lantai observatory mesti ke lantai 5 dulu, disana sudah ngantri banyak orang untuk naik. Biayanya 500 NTD atau 200 ribu untuk dewasa. Kami menaiki satu lift buatan Toshiba yang supercepat dan sama sekali ngga terasa kalau kami sampai di lantai 89. Kecepatannya 60 km/jam. Kalau dibayangin di mobil ya biasa ya, masalahnya ini vertikal dan berlawanan dengan gaya gravitas. Dianugrahi sebagai lift tercepat, cuma perlu 40 detik untuk sampai ke ketinggian 382 meter. Sempat budeg sedikit (ears ‘popping’) tapi setelah ‘menelan saja’ (kaya Kapten Haddock) masalah itu beres. Mmm..kaya naik pesawat ya 😀

Kita dibawa ke lantai 89 karena ini lantai terakhir yang bisa diexplore. Mestinya bisa naik tangga manual ke lantai 91 untuk lihat dari teropong kali ya, tapi ditutup karena angin kencang sisa topan kemarin. Mengelilingi lantai 89 bisa berlama-lama kok. Banyak kursi dan pemandangan Taipei untuk dinikmati. Wih kota ini makin bagus ya kalau dilihat dari atas. Teratur dan berseni. Udaranya juga bersih, yah semuanya berkat implementasi planologi yang juara.
Kalau mau turun harus melewati pendulum (bamper) yang jadi simbol Taipei 101. Kalau liat di National Geographic, Taipei 101 harus melawan topan dan gempa bumi yang kerap mendatangi Taiwan. Karena itu struktur bangunannya mengikuti batangan bambu yang kena angin sekencang apapun tetap bertahan, dan pendulum untuk menyeimbangkan saat ada gempa.
Setelah melewati toko giok yang kayanya cuma bisa dilihat karena mahalnya 😀 kami antri lagi untuk masuk lift yang lagi-lagi tercepat di dunia. Mau makan di food court bawah, tidak ada kursi kosong yang tersisa. Akhirnya makan lagi untuk kesekian kali di resto di bawahnya hotel 😀
Xihu
Alkisah ada topan, jadinya kita ngga bisa kemanapun yang di luar ruangan. Bingung mau kemana sedang mall belum buka, dari brosur saya jadi tahu kalau ada pasar tradisional Xihu yang pas ada di bawah Xihu Station. Trus katanya ada foodcourt juga, wah bagus juga nih.
Pasarnya terletak di lantai dasar, tertutup, dan bersih banget. Baru pertama masuk langsung ketemu warung Jepang yang sibuk melayani pembeli. Ngga ada tempat duduk jadi semua pembeli berdiri sambil menyeruput mienya.

Setelah berkeliling pasar yang ngga luas itu, kami naik setengah lantai tempat food court berada. Hari masih pagi jadi belum semua buka. Tapi semua stan terisi, dan semua meja bersih siap menyambut pengunjung. Masakannya berkisar chinese, japanese dan western food. Harganya cukup murah, belasan xiaolongbao hanya 60 NTD atau 24 ribu rupiah. Karena biasanya pemilik stan single fighter dan tidak ada petugas pembersih, setiap tamu diharapkan mengembalikan peralatan makannya ke stan semula. Konsep yang bagus untuk green restaurant.

Berada disini seakan jauh dari hingar bingar Taipei. Kebetulan di lantai yang sama ada tempat penitipan untuk lansia. Suasananya tenang, membumi dan wakti seakan terhenti. Tempat yang bagus untuk sejenak menjauhkan diri dari hingar bingar Taipei.
Ximending Pedestrian Area

Sebaliknya, area yang hingar bingar ada di Ximending. Hanya selangkah dari stasiun Ximen, area pejalan kaki ini punya syarat yang diperlukan untuk jadi pusat keramaian. Jajaran toko dan restoran berjejalan. Ada arena cukup luas di perempatan untuk pertunjukan apapun dari siapapun yang mau narik perhatian atau cari duit. Ada layar besar menayangkan iklan atau video klip terbaru. Mobil dilarang masuk.
Ngga heran Ximending menjadi Harajukunya Taiwan. Banyak anak muda berkumpul, mengekspresikan gaya mereka sampai yang ajaib sekalipun. Hal ini masih didukung dengan jajanan ala night market yang bisa didapat juga di area ini. Kota Taipei seakan tidak.ada matinya kalau Ximending yang jadi representasinya.
Semoga jadi ada gambaran ya mau kemana jika Anda ke Taipei. Kalau ada yang berbeda dan menarik, tolong disharing juga ya 🙂
***
IndriHapsari
Penasaran ke Taipei 101, dan makanannya pasti maknyoss yach mbak.
Bagus mbak, wajib kesana ternyata. Tadinya sy cuma foto2 di depan, eh besoknya ada lg kesempatan kesana, dan emang harus kudu wajib naik ke lantai 89 😀 Disana ngga makan, turun ke foodcourt seperti mall lain di Taipei, penuh semua ngga ada tempat duduk 😀 Mungkin klo di fine diningnya lebih lega ya 😀
Waaah lengkap ya tempat-tempat yang didatangi. Aku waktu ke Taipei mampirnya ke night market ama Taipei 101 aja karena deket tempat menginap. xD
Itu aja udah asyik mbak, enak2 ya makanannya 🙂
Pengen keliling kayak kamu juga :)))
Hahaha ayo mbak diulang lg 😀
wahh….keren infonya…
titip coba: venusgazercj.blogspot.com
Makasih pak..ok pak 🙂
Eh baru nyadar ini baru ya pak:)
sepertinya seru tuh,, semoga ada rezeki untuk bisa jalan-jalan kesana juga…
Pasti bisa…nabung dari sekarang 🙂
[…] jaring. Dan untuk iptek yang ekstrim gini cukup bayar 2.200! Ampun dah murah banget! Waktu di Science Center di Taipei mahal juga loh naik ginian meski disana lebih panjang dan lebih […]